'pendatang baru', misalnya musuh Jokowi yang berubah menjadi sekutu Prabowo Subianto (mantan menantu laki-laki). hukum Suharto dan Menteri Pertahanan saat ini yang kalah dalam dua pemilihan presiden dari Jokowi) juga membangun jaringan kekuasaan untuk mengangkat orang-orang yang terhubung dari rawa kelebihan perwira.
“Kami tahu bahwa petugas yang frustrasi telah terlibat dalam memicu ketidakstabilan di beberapa kota,” kata penasihat politik Jokowo yang percaya bahwa penciptaan lapangan kerja adalah kunci untuk mengurangi frustrasi intra-tentara. Dengan demikian, tampak bahwa dinamika stabilisasi intra-tentara—bukan ambisi politik institusional—mendorong perluasan peran dan struktur komando. Covid-19 telah memberikan perlindungan politik yang berguna untuk memajukan agenda ini.
Apa artinya semua ini bagi hubungan sipil-militer Indonesia? Selama masa kepresidenan Habibie (1998-99) TNI melakukan reformasi besar-besaran untuk melepaskan diri secara politik. Gangguan keamanan selama masa kepresidenan Wahid dan Megawati memicu reaksi konservatif dari TNI yang memperlambat laju reformasi. Dekade Presiden Yudhoyono berkuasa (2004-14) memulihkan stabilitas politik tetapi menahan reformasi militer lebih lanjut (Aspinall, Mietzner dan Tomsa 2015). Sekarang, di bawah kepresidenan Jokowi, TNI mendapatkan kembali pijakan yang hilang dalam masalah keamanan dan telah bertahan dari tekanan masyarakat sipil untuk reformasi yang berasal dari krisis Covid-19. Tampaknya perkembangan ini akan menjadi normal baru di Indonesia pasca-pandemi, karena pembuat undang-undang nasional tidak memiliki insentif untuk menentang militer yang kuat pada saat militer mendapat persetujuan publik untuk peran manajemen krisisnya (Indikator 2020, 73). Dengan demikian, militer dengan terampil memanfaatkan krisis Covid-19 untuk menutup dan meminggirkan beberapa reformasi militer besar pasca-Soeharto, menunjukkan keutamaan menarik tali di belakang layar daripada intervensi politik langsung. Secara kelembagaan, TNI menegaskan kembali kewenangannya, sekaligus memisahkan diri dari tanggung jawab politik.
References
Arshad, Arlina. (2020) ‘Military gets a boost in Indonesia’s ‘new normal’,’ The Straits Times, June 19.
Aspinall, Edward, Marcus Mietzner and Dirk Tomsa. (2015) The Yudhoyono Presidency: Indonesia’s Decade of Stability and Stagnation, Singapore: ISEAS.
Bean, James. (2020) ‘Indonesia’s ‘new normal’ a disaster in the making,’ Asia Times, June 8.
CNN Indonesia. (2020) ‘RUU Ideologi Pancasila, BPIP Bisa Diisi TNI-Polri Aktif,’ June 11.
Croissant, Aurel. (2020) ‘Democracies with Preexisting Conditions and the Coronavirus in the Indo-Pacific,’ The Asia Forum, June 6.
Crouch, Harold. (2010) Political Reform in Indonesia after Soeharto, Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.
Hermawan, Ary. (2020) ‘Politics of pandemics: How online ‘buzzers’ infect Indonesia’s democracy, jeopardize its citizens,’ The Jakarta Post, March 21.
Jaffrey, Sana. (2020) ‘Coronavirus Blunders in Indonesia Turn Crisis into Catastrophe,’ Carnegie Endowment for International Peace, April 29.
Indikator. (2020) ‘Persepsi Publik Terhadap Penanganan Covid-19, Kinerja Ekonomi dan Implikasi Politiknya: Temuan Survei Nasional, 16-18 Mei 2020,’ June 7.
IPAC. (2016) ‘Update on the Indonesian Military’s Influence,’ IPAC Report No.26, Institute for Policy Analysis of Conflict, March 11.
Kompas.com. (2020a) ‘YLBHI Minta TNI Tidak Dilibatkan dalam New Normal, Ini Alasannya…,’ June 1.
Kompas.com. (2020b) ‘Tiga Ormas Islam Apresiasi Pemerintah Tunda Pembahasan RUU HIP,’ June 17.
Lane, Max. (2020) ‘The Politics of National and Local Responses to the COVID-19 Pandemic in Indonesia,’ Perspective No.46, ISEAS Yusof Ishak Institute, May 15.
Laksamana, Evan. (2019) ‘Reshuffling the Deck? Military Corporatism, Promotional Logjams and Post-Authoritarian Civil-Military Relations in Indonesia,’ Journal of Contemporary Asia 49:5, pp.806-836.
Laksamana, Evan and Rage Taufika. (2020) ‘How “militarized” is Indonesia’s Covid-19 management? Preliminary assessment and findings,’ CSIS Commentaries DMRU-075-EN, Center for Strategic and International Studies, Jakarta, May 20.
Mietzner, Marcus. (2020) ‘Populist Anti-Scientism, Religious Polarisation and Institutionalised Corruption: How Indonesia’s Democratic Decline Shaped its COVID-19 Response,’ the Journal of Current Southeast Asian Affairs 39:2.
Majalah Tempo. (2020a) ‘Main Api Normal Baru,’ May 30.
Majalah Tempo. (2020b) ‘Keluar Barak Teroris Dilabrak,’ June 6.
Smith, Jeffrey and Nic Cheeseman. (2020) ‘Authoritarians Are Exploiting the Coronavirus. Democracies Must Not Follow Suit,’ Foreign Policy, April 28.
Sulaiman, Yohanes. (2020) ‘Indonesia’s politicisation of the virus is stopping effective response,’ Southeast Asia Globe, April 10.
Tempo.co. (2018) ‘Sekjen Golkar Lodewijk Paulus: Pak Luhut Komandan Saya,’ January 22.
The Jakarta Post. (2020) ‘Most Indonesians dissatisfied with administration’s Covid-19 response, survey finds,’ May 27.
Vatikiotis, Michael. (2020) ‘Coronavirus challenges Southeast Asia’s fragile democracies,’ Nikkei Asia Review, April 2.
Warburton, Eve. (2020) ‘Indonesia: Polarization, Democratic Distress, and the Coronavirus,’ Carnegie Endowment for International Peace, April 28.
“Kami tahu bahwa petugas yang frustrasi telah terlibat dalam memicu ketidakstabilan di beberapa kota,” kata penasihat politik Jokowo yang percaya bahwa penciptaan lapangan kerja adalah kunci untuk mengurangi frustrasi intra-tentara. Dengan demikian, tampak bahwa dinamika stabilisasi intra-tentara—bukan ambisi politik institusional—mendorong perluasan peran dan struktur komando. Covid-19 telah memberikan perlindungan politik yang berguna untuk memajukan agenda ini.
Apa artinya semua ini bagi hubungan sipil-militer Indonesia? Selama masa kepresidenan Habibie (1998-99) TNI melakukan reformasi besar-besaran untuk melepaskan diri secara politik. Gangguan keamanan selama masa kepresidenan Wahid dan Megawati memicu reaksi konservatif dari TNI yang memperlambat laju reformasi. Dekade Presiden Yudhoyono berkuasa (2004-14) memulihkan stabilitas politik tetapi menahan reformasi militer lebih lanjut (Aspinall, Mietzner dan Tomsa 2015). Sekarang, di bawah kepresidenan Jokowi, TNI mendapatkan kembali pijakan yang hilang dalam masalah keamanan dan telah bertahan dari tekanan masyarakat sipil untuk reformasi yang berasal dari krisis Covid-19. Tampaknya perkembangan ini akan menjadi normal baru di Indonesia pasca-pandemi, karena pembuat undang-undang nasional tidak memiliki insentif untuk menentang militer yang kuat pada saat militer mendapat persetujuan publik untuk peran manajemen krisisnya (Indikator 2020, 73). Dengan demikian, militer dengan terampil memanfaatkan krisis Covid-19 untuk menutup dan meminggirkan beberapa reformasi militer besar pasca-Soeharto, menunjukkan keutamaan menarik tali di belakang layar daripada intervensi politik langsung. Secara kelembagaan, TNI menegaskan kembali kewenangannya, sekaligus memisahkan diri dari tanggung jawab politik.
References
Arshad, Arlina. (2020) ‘Military gets a boost in Indonesia’s ‘new normal’,’ The Straits Times, June 19.
Aspinall, Edward, Marcus Mietzner and Dirk Tomsa. (2015) The Yudhoyono Presidency: Indonesia’s Decade of Stability and Stagnation, Singapore: ISEAS.
Bean, James. (2020) ‘Indonesia’s ‘new normal’ a disaster in the making,’ Asia Times, June 8.
CNN Indonesia. (2020) ‘RUU Ideologi Pancasila, BPIP Bisa Diisi TNI-Polri Aktif,’ June 11.
Croissant, Aurel. (2020) ‘Democracies with Preexisting Conditions and the Coronavirus in the Indo-Pacific,’ The Asia Forum, June 6.
Crouch, Harold. (2010) Political Reform in Indonesia after Soeharto, Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.
Hermawan, Ary. (2020) ‘Politics of pandemics: How online ‘buzzers’ infect Indonesia’s democracy, jeopardize its citizens,’ The Jakarta Post, March 21.
Jaffrey, Sana. (2020) ‘Coronavirus Blunders in Indonesia Turn Crisis into Catastrophe,’ Carnegie Endowment for International Peace, April 29.
Indikator. (2020) ‘Persepsi Publik Terhadap Penanganan Covid-19, Kinerja Ekonomi dan Implikasi Politiknya: Temuan Survei Nasional, 16-18 Mei 2020,’ June 7.
IPAC. (2016) ‘Update on the Indonesian Military’s Influence,’ IPAC Report No.26, Institute for Policy Analysis of Conflict, March 11.
Kompas.com. (2020a) ‘YLBHI Minta TNI Tidak Dilibatkan dalam New Normal, Ini Alasannya…,’ June 1.
Kompas.com. (2020b) ‘Tiga Ormas Islam Apresiasi Pemerintah Tunda Pembahasan RUU HIP,’ June 17.
Lane, Max. (2020) ‘The Politics of National and Local Responses to the COVID-19 Pandemic in Indonesia,’ Perspective No.46, ISEAS Yusof Ishak Institute, May 15.
Laksamana, Evan. (2019) ‘Reshuffling the Deck? Military Corporatism, Promotional Logjams and Post-Authoritarian Civil-Military Relations in Indonesia,’ Journal of Contemporary Asia 49:5, pp.806-836.
Laksamana, Evan and Rage Taufika. (2020) ‘How “militarized” is Indonesia’s Covid-19 management? Preliminary assessment and findings,’ CSIS Commentaries DMRU-075-EN, Center for Strategic and International Studies, Jakarta, May 20.
Mietzner, Marcus. (2020) ‘Populist Anti-Scientism, Religious Polarisation and Institutionalised Corruption: How Indonesia’s Democratic Decline Shaped its COVID-19 Response,’ the Journal of Current Southeast Asian Affairs 39:2.
Majalah Tempo. (2020a) ‘Main Api Normal Baru,’ May 30.
Majalah Tempo. (2020b) ‘Keluar Barak Teroris Dilabrak,’ June 6.
Smith, Jeffrey and Nic Cheeseman. (2020) ‘Authoritarians Are Exploiting the Coronavirus. Democracies Must Not Follow Suit,’ Foreign Policy, April 28.
Sulaiman, Yohanes. (2020) ‘Indonesia’s politicisation of the virus is stopping effective response,’ Southeast Asia Globe, April 10.
Tempo.co. (2018) ‘Sekjen Golkar Lodewijk Paulus: Pak Luhut Komandan Saya,’ January 22.
The Jakarta Post. (2020) ‘Most Indonesians dissatisfied with administration’s Covid-19 response, survey finds,’ May 27.
Vatikiotis, Michael. (2020) ‘Coronavirus challenges Southeast Asia’s fragile democracies,’ Nikkei Asia Review, April 2.
Warburton, Eve. (2020) ‘Indonesia: Polarization, Democratic Distress, and the Coronavirus,’ Carnegie Endowment for International Peace, April 28.